Penulis: Siti Sahira, Luthfi Sadra, dan Muhammad Faqih
Penyunting: Karina
Nostalgia dan Kenangan bersama Sasina
Pagelaran konser musik yang diinisiasi oleh Sasina, sebuah biro musikalisasi puisi di bawah naungan IKSI (Ikatan Keluarga Sastra Indonesia) berlangsung meriah.
Konser musik bertajuk “Sekarloka: Pesta Bunga Bersua” yang diselenggarakan pada Sabtu (11/2/23) lalu di Auditorium Gedung IX FIB UI berhasil menampilkan sebuah musikalisasi puisi yang lekat dengan identitas Sasina.
Aji, selaku Ketua Pelaksana konser menyatakan bahwa “Sekarloka” diambil dari dua kata yaitu “Sekar” yang berarti bunga dan “Loka” yang berarti dunia. Vakum dua tahun tidak membuat Sasina serta merta redup.
“Yang menggambarkan kita, Sasina yang berbunga-bunga lagi, setelah vakum dua tahun,” pungkas Aji terkait makna dari Sekarloka.
Beberapa lagu yang dimainkan Sasina berasal dari puisi-puisi terkenal yang diciptakan penyair tanah air, sebut saja “Sudah Kupalangi” karya Sapardi Djoko Damono. Aransemen yang dibuat dalam musikalisasi puisi yang dibawakan pun bukan hanya berasal dari pengaransemen terkenal, melainkan juga karya kreatif dari anggota Sasina sendiri.
Menariknya, ajang ini bukan saja menampilkan penampilan seni yang memukau, tetapi juga menjadi ajang nostalgia. Para alumni IKSI yang dulu merupakan anggota aktif Sasina dari berbagai generasi menyempatkan waktu ikut memeriahkan acara dengan mengisi gelar wicara serta sesi jamming yang disediakan oleh pihak panitia Sekarloka.
Mereka seolah diberi kesempatan untuk mencicipi kembali masa-masa menjadi anggota Sasina dengan menyanyikan beberapa lagu yang sering dibawakan oleh Sasina dari masa ke masa.
Pembukaan acara dimulai dengan sesi gelar wicara bersama Hendi Yusup dan Derick Adeboi yang menjabat menjadi ketua Sasina di masa lalu. Sesi ini menjadi ajang mengenal perjalanan Sasina dari waktu ke waktu.
Selain itu, kehadiran Eka Fajardini dari IKSI 2020 yang menampilkan pembacaan puisi yang berjudul “Yang Ada di Bilik Jantungku” Karya Meutia Swarna Maharani, IKSI 2019, juga menambah poin dalam pembukaan konser ini. Pembacaan puisi Eka memiliki atmosfer yang berbanding terbalik dengan musikalisasi puisi yang sama oleh Sasina pada babak terakhir acara.
Hal yang paling menarik tentu saja penyajian musik diiringi simfoni instrumen dari alat musik yang menghidupkan suasana “Sekarloka” tersebut. Dekorasi bebungaan dan visual dalam layar proyektor semakin mendukung tema “Sekarloka” yang diusung oleh Sasina. pada konser ini.
Penampilan sederet lagu yang dinyanyikan oleh anggota-anggotanya, baik secara bergantian dalam tim-tim kecil maupun bersamaan menjadi sorotan utama acara di awal tahun ini.
Dibuka dengan “Membaca Kabut” dan diakhiri dengan primadona Sasina, yakni “Opera Aksara”, konser ini turut diisi dengan lagu baru Sasina yang berjudul "Yang Ada di Bilik Jantungku".
Kata Mereka Tentang Sekarloka
Di balik kesuksesan Sekarloka, Alda Ekanael selaku ketua baru Sasina mengungkapkan beberapa tantangan yang harus dihadapi supaya acara tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya.
“Atur jadwal latihan, membagi waktu karena latihannya waktu anak-anak liburan dan jadwal UAS,” tegas Alda. Secara keseluruhan, Konser Sekarloka ini dipersiapkan selama 3 bulan, “Kita mencetuskan ide ini dari November, kira-kira proses 2–3 bulanan,” tambah Alda.
Harapan Alda setelah berlangsungnya Konser Sekarloka dan pergantian kepengurusan adalah agar Sasina dapat konsisten, bisa membuat dan merilis lagu baru, serta mendapatkan banyak panggung.
Alda merasa lagu baru Sasina yang berjudul “Yang Ada di Bilik Jantungku” memiliki makna yang beririsan dengan kondisi Sasina.
“Lagu (Yang Ada di Bilik Jantungku -red) menggambarkan tumbuhan yang baru tumbuh dan merambat. Itu gue andaikan kaya Sasina, Sasina kan awalnya vakum karena pandemi, mati banget, tuh. Tapi kita bangkit lagi dan tumbuh seperti sekarang.”
Alda juga berterima kasih pada semua yang sudah membantu jalannya konser ini, “Dari awal dicetuskannya kita seneng banget dan excited tapi melihat proses yang ada, gue sempet pesimis. Tapi, dengan semangat temen-temen Sasina, itu luar biasa banget, sih,” ucap Alda.
Selain Alda sebagai orang di belakang panggung, kami juga mewawancarai Abi, salah satu penonton Konser Sekarloka. Abi menyatakan bahwa ia senang dan berharap untuk diadakan konser semacam ini di lain hari, mungkin dengan melibatkan band.
“Menurut gue sih 30 ribu kemurahan, karena lagunya banyak dan yang tampil bukan cuma mahasiswa aktif doang, ada juga alumni yang tampil,” tanggap Abi terkait harga tiket Sekarloka.
Alumni juga turut berpartisipasi secara aktif untuk memeriahkan Konser Sekarloka. Derick Adeboi, akrab dipanggil Iboy, adalah alumni IKSI yang dulu merupakan anggota aktif Sasina merasa senang karena dapat menonton Sasina secara langsung lagi.
“Apalagi dibawain sama mahasiswa aktif yang ga beririsan secara musik denganku,” pungkas Iboy. Acara yang berjalan dengan konsep flow emosi, bukan hanya tampil membawakan lagu saja adalah nilai plus.
Terdapat momen ketika para alumni naik ke panggung dan membawakan beberapa lagu dari Sasina, terkait hal itu, Iboy merasa unik untuk dapat tampil kembali bersama alumni yang lain.
“Kerasanya kaya belum lama (tampil bareng), dan masih pada inget sama lagu-lagunya; semacam keajaiban, sih,” tambah Iboy.
Sebagai alumnus yang sempat mengaransemen lagu untuk Sasina di masa lalu, Iboy memiliki harapan supaya Sasina dapat mengisi ruang musik dan sastra yang kosong.
“Dengan kemampuan kalian berkreasi secara digital, sasina harus bisa dikasih kesempatan itu (mengisi ruang musik dan sastra yang kosong -red), entah TikTok, YouTube, Reels, dan lainnya,” pungkas Iboy
“Secara organisasi, semoga bisa produktif bikin musikalisasi puisi baru, biar semua anggota Sasina bisa tumbuh bersama bareng karya-karya yang diciptain,” harap Iboy.
Konser ini pun dapat dikatakan menjadi titik mulai bagi kepengurusan Sasina baru yang diketuai oleh Alda Ekanael Lamba dari IKSI 2020. Sebagai hiburan sebelum memulai semester, “Sekarloka” juga tumbuh sebagai harapan dari awal yang baik untuk kegiatan-kegiatan Sasina ke depannya.
0 Komentar