Bebas Sampah Plastik, Welcome Limbah Totebag dan Paperbag!

 

Penulis : Theresella Mercy
Penyunting : Erika Putri Tarita

Apakah di rumahmu ada satu plastik besar yang dijadikan tempat penyimpanan kantong-kantong plastik kresek lain sisa belanja? Kalau iya, berarti pengalamanmu sama dengan hampir sebagian besar penduduk masyarakat Indonesia. Penggunaan plastik kresek dalam kehidupan sehari-hari kita begitu masif dan penting, setidaknya selama 20 tahun belakangan sehingga plastik menjadi salah satu komoditas yang mudah ditemukan di setiap toko kelontong. 

Namun, satu dekade terakhir, kesadaran akan bahaya sampah plastik mulai merambati benak masyarakat Indonesia. Berbagai video klise seperti limbah plastik di laut dan hewan-hewan yang terjerat plastik begitu masif tersebar di media sosial. Hal itu lantas melahirkan desakan kepada pemerintah untuk membuat kebijakan yang dapat mengurangi sampah plastik. 

Bertepatan dengan peringatan Hari Sampah Nasional, 21 Februari 2016, pemerintah mulai melakukan uji coba pada kebijakan kantong plastik berbayar di berbagai supermarket di Indonesia. Hal ini dianggap sebagai langkah konkret pemerintah dalam mengurangi timbunan sampah kantong plastik. Hingga kini, hampir semua supermarket di Indonesia menerapkan kebijakan ini dengan memberikan tambahan biaya sekian ratus rupiah untuk satu kantong plastik yang digunakan. 

Beberapa pemilik usaha tak mau ketinggalan. Alih-alih mengadopsi kebijakan kantong plastik berbayar, mereka malah mulai menerapkan penggunaan berbagai jenis kantong belanja lain dengan alasan keberlanjutan lingkungan. Sebut saja misalnya totebag atau kantong kain yang digunakan oleh berbagai perusahaan belanja dan perusahaan makanan. Totebag beragam warna dan desain ini diberikan kepada pelanggan pada setiap transaksi. Selain itu, ada pula paperbag atau kantong kertas yang mulai populer digunakan beberapa tahun belakangan. Pada setiap pemesanan delivery, beberapa supermarket memberikan paperbag sebagai tempat penyimpanan pesanan pelanggan. 

Lucunya, kini, penyimpanan plastik di rumah-rumah berubah menjadi penyimpanan totebag dan paperbag. Satu kantong yang seharusnya bisa digunakan berkali-kali ini tidak memenuhi tugas mulianya, dan malah diproduksi secara masal dan terus-menerus diberikan kepada pelanggan, sehingga pada akhirnya tetap menumpuk dan menjadi limbah. Dari banyaknya totebag dan paperbag yang terabaikan, sebagian besar berakhir sebagai sampah yang sulit terurai di tempat pembuangan akhir. Misi lingkungan yang mulia tadi sama sekali tidak berhasil dilaksanakan dengan baik. 

Bila kita menarik sedikit perhatian kita pada masa kini, dan mulai berefleksi pada sejarah penggunaan kantong belanja pada beberapa dekade yang lalu, kita akan menemukan kontradiksi yang menggelikan. Nyatanya, pada tahun 1959, Sten Gustaf Thulin di Swedia menciptakan kantong plastik sebagai pengganti kantong kertas. Dalam proses produksinya, kantong plastik menggunakan energi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan produksi kantong lainnya. Bila dibandingkan, satu kantong plastik yang sudah didaur ulang sebanding dengan kantong kertas baru yang hanya bisa dipakai 3 kali atau kantong kain baru yang hanya bisa dipakai 131 kali. Sementara, kantong plastik ini bisa dipakai berulang kali dan didaur ulang lagi.

Selain itu, berdasarkan penjelasan dari Carbon Positive Australia, produksi paperbag membutuhkan air 4 kali lebih banyak daripada produksi plastik, dan menghasilkan 3,1 kali lebih banyak gas rumah kaca dibandingkan plastik. Meski mudah terurai, bukan berarti paperbag juga lebih mudah didaur ulang, karena paperbag memiliki berat 8 kali lebih banyak daripada kantong plastik, yang menyebabkannya lebih sulit diangkut akibat peningkatan volume. Daur ulang paperbag membutuhkan lebih banyak unit transportasi ke fasilitas daur ulang daripada daur ulang plastik. Selain itu, peningkatan penggunaan paperbag juga berarti peningkatan penebangan pohon yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas. Mengutip Sarah Bassett, setiap tahunnnya ada 15 miliar pohon yang ditebang untuk kebutuhan pembuatan kertas, dan 46% pohon di dunia telah habis ditebang. 

Oleh karena itu, penggunaan paperbag dan totebag nyatanya adalah kemunduran yang dilakukan oleh masyarakat. Apalagi, ketika paperbag dan totebag hanya dimanfaatkan untuk satu kali pemakaian, sama seperti penggunaan kantong plastik sekali pakai. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa penggunaan kantong penyimpanan yang paling tepat adalah kantong plastik dari bahan ramah lingkungan yang dapat didaur ulang dan terus digunakan berulang-kali, setidaknya lebih dari 50 kali.

Sumber: 
https://ppid.menlhk.go.id/berita/berita-tapak/2848/menuju-penerapan-kebijakan-kantong-plastik-berbayar 
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/02/03/benarkah-paper-bag-tidak-lebih-baik-dari-kantong-plastik 
https://lppmnuansa.umy.ac.id/dilema-kantong-tote-bag-kok-jadi-sekali-pakai/ 

Posting Komentar

0 Komentar